Fosil merupakan peninggalan masa lalu yang berharga nilainya. Bentuknya beragam mulai dari binatang maupun tumbuhan. Dalam catatan sejarah, eksplorasi fosil di pulau Jawa dilakukan sejak tahun 1800-an.“Eksplorasi tersebut tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan ilmiah atau keilmuan,” kata Dr. Hita Pandita, S.T., M.T. pada orasi ilmiah Potensi Fosil di Pulau Jawa dalam Potensi Keilmuan dan Ekonomi, Kamis (22/02/2018).

Dalam rangka Dies Natalis STTNAS ke-45, dia menyatakan sejumlah fosil fenomenal ditemukan di pulau Jawa. Penemuan fosil tengkorak manusia purba Pithecantropus Erectus di beberapa situs, memiliki daya tarik keilmuan tersendiri.“Bahkan banyak peneliti dari luar negeri berhasil menyelesaikan program doktor bidang paleontologi dengan topik penelitian fosil di Indonesia. Ribuan fosil molusca juga banyak ditemui di pulau Jawa,“ tegasnya.

Penemuan fosil dalam jumlah besar selalu memicu terjadinya eksploitasi dan perdagangan fosil seperti yang terjadi di Sukabumi Jabar. Terdapat perdagangan kerajinan yang menjadikan fosil sebagai bahan utamanya. “Kegiatan perdagangan ini juga telah mencapai tahap ekspor keluar negeri dengan nilai miliaran rupiah,” ujarnya lagi.

Dr. Hita Pandita, S.T., M.T. berharap pemerintah dan masyarakat keilmuan secara sadar dan bersama sama menjaga dan menyelamatkan kekayaan fosil sehingga akan berguna bagi generasi yang akan datang terutama bidang keilmuan.

Sedangkan Ketua STTNAS Yogyakarta, Dr. Ir. H. Ircham M.T. mengemukakan orasi ilmiah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari  tradisi keilmuan di perguruan tinggi. Dia berharap kegiatan itu menjadi budaya insan akademis. Adapun orasi ilmiah diikuti tidak kurang 200 peserta, civitas akademika kampus setempat.