Upaya penataan ruang perlu untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial budaya. Dengan integrasi kedua aspek tersebut, maka tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai. Sistem perencanaan pembangunan di Indonesia secara formal telah mengatur pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di dalam pembuatan rencana pembangunan di pusat maupun daerah. Keberadaan KLHS tersebut masih perlu diimbangi dengan penerapan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang dihidupi oleh masyarakat di suatu wilayah, sehingga pembangunan yang terjadi dapat selaras dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Perlunya integrasi aspek lingkungan hidup, sosial, dan budaya menjadi tema sentral yang diangkat dalam kegiatan Diskusi Ilmiah “Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang” yang diselenggarakan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY). Kegiatan diskusi ilmiah ini dilaksanakan pada hari Selasa (11/2) di Kampus Terpadu ITNY. Hadir sebagai pemateri utama dalam kegiatan tersebut, Dr. Luthfi Muta’ali, S.Si., M.T. dari Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada dan Ir. I Gusti Putu Anindya Putra, M.S.P. dari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Hindu Indonesia, Denpasar, Bali.

Dalam pemaparannya, Luthfi Muta’ali mengungkapkan perlunya proses penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan rencana pembangunan. Hal ini khususnya terkait dengan upaya untuk mensinkronisasi isi dokumen rencana pembangunan dengan rekomendasi dari hasil penyusunan KLHS.

“Dengan wacana dihapuskannya AMDAL, maka peran KLHS dan dokumen rencana tata ruang akan semakin strategis di dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,” terang Luthfi Muta’ali.

Sementara menurut Ir. I Gusti Putu Anindya Putra, M.S.P., masyarakat lokal di Indonesia secara informal telah memiliki nilai-nilai hidup yang bertujuan untuk menciptakan harmoni dengan alam dan lingkungan. Bentuk-bentuk kearifan lokal ini pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan penyusunan KLHS. Maka dari itu, penting bagi seorang perencana untuk memahami betul karakteristik sosial, budaya, dan lingkungan dari wilayah yang direncanakan.

Kegiatan diskusi ilmiah ini merupakan kegiatan yang rutin diselenggarakan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Menurut Ketua Program Studi PWK ITNY, Yusliana, S.T., M.Eng., kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan bagi pegiat penataan ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya.

“Melalui kegiatan ini, mahasiswa PWK ITNY dan pegiat penataan ruang diharapkan dapat meng-update pengetahuannya dengan isu-isu terbaru di dunia perencanaan wilayah dan kota,” pungkas Yusliana.