Kampus Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY) kedatangan tamu spesial. Mereka adalah para Geologis yang merupakan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) angkatan tahun 1983. Dalam rangka memperingati reuni 40 tahun, alumni UGM angkatan 1983 itu menggelar acara Bakti Geo 83 Goes to Campus untuk menjalin dialog keprofesian. Selain ITNY, mereka juga menyambangi Kampus UPN Veteran Yogyakarta.

Dialog keprofesian yang mengambil tema ‘Karir Geologis Dulu, Kini dan Masa Depan’ itu, sejumlah narasumber yang merupakan figur sukses di bidang eksplorasi mineral. Mahasiswa ITNY nampak antusias dan terlibat aktif dalam dialog tersebut.

Salah satu narasumber, Arif Punto Utomo memaparkan, Indonesia diproyeksikan menjadi Top 5 GDP terbesar di dunia pada tahun 2050 setelah Tiongkok, Amerika Serikat dan India. Dalam kerangka target tersebut, maka dibutuhkan sumber energi yang besar pula di masa mendatang.

“Pada tahun 2050 Petroleum ditarget sebesar 20 persen, Natural Gas 24 persen, Coal 25 persen dan Renewable 31 persen,” terang Arif, Jumat (29/9/2023).

Sementara untuk pengembangan non energi di antaranya adalah pembangunan infrastruktur massif (Geologi Teknik), bencana geologi yang senantiasa mengancam (Geologi Kebencanaan), kepedulian terhadap lingkungan yang semakin tinggi (Geologi Lingkungan) dan semakin banyaknya Geopark yang diakui UNESCO (Geowisata).

“Setiap tahun, ada 1.800 lulusan Sarjana Geologi. Saya kira itu peluang-peluang yang bisa ditangkap di masa kini dan masa mendatang,” ujar Arif.

Narasumber lainnya, Tafif Azimudin menambahkan, peluang Geologis muda sangat terbuka lebar, seiring kebijakan pemerintah yang menekankan pada ketahanan energi nasional. “Panas bumi merupakan energi insitu sebagai andalan ketahanan energi nasional. Jumlahnya 7.490,88 MW atau 13 persen. Untuk energi fosil sebesar 56.237,83 MW atau 87 persen,” papar Tafif.

Ke depan, ada tren yang berubah dari perilaku konsumen energi. Perubahan itu menyasar dua hal. Pertama, dalam hal teknologi lebih mengandalkan power generator, transmisi dan baterai. Sedangkan untuk kebutuhan hidup lebih ke arah mudah, murah dan aman.

“Kondisinya, transmisi belum seluruhnya terkoneksi. Juga masih diperlukan transportasi bahan bakar utama (coal-gas) dari tempat di daerah tambang sampai ke pusat pembangkit listrik,” urainya.

Selain itu, tarif listrik ditentukan berdasarkan biaya pokok produksi yang diterapkan oleh pemerintah. Akibatnya, harga bervariasi tergantung energi dan region-nya.

“Tahun 2050 semua hal tersebut diharapkan sudah teratasi. Transmisi diharapkan sudah terkoneksi, transportasi sumber energi sudah tidak diperlukan lagi untuk mengoneksikan ke pembangkit listrik, tarif listrik pun seragam,” ujar Tafif.

Ke depan, Tafif menilai bisnis energi lebih ditekankan pada tiga kondisi pokok. Pertama, industri energy package (battery) akan semakin efisien dan mencapai puncaknya.

“Kedua, konsumen retil yang akan menentukan dan mempengaruhi mekanisme pasar energi. Mereka punya pilihan mau menggunakan bersih lingkungan atau fosil,” tutur dia.

Ketiga, pasar retil akan terbentuk distributor energi retil baru. Sebagaimana diketahui, dialog keprofesian ini digelar di Peserta peserta datang ke Auditorium Ir H Pietoyo Sukarbowo Kampus ITNY.

Bakti Geo 83 Goes to Campus sendiri diselenggarakan di 15 kampus dan 7 kota. Kegiatan ini disponsori oleh alumni yang merupakan jajaran direksi perusahaan-perusahaan tambang mineral dan minyak bumi, di antaranya PT Gemintang Prima Prihatmoko, J Resources, PT Cahyaning Swarna Persada, Sumacorp, Hopea Foundation, PT Solusi Partner Bersama.

Selain itu ada juga PT Harmoni Panca Utama, Pertamina Geothermal Energy, Drilling Solution Indonesia, Geo Fix, Shinhan Asset Management Indonesia, On Us Asia, United Tractors. Kegiatan ini bertujuan memotivasi para mahasiswa Prodi Teknik Geologi ITNY dan UPN dengan menceritakan kisah suksesnya yang luar biasa.(*)