Dwi Lestari

Kaum perempuan mendapat posisi terbaik selama pandemi covid-19. Karena perempuan mampu berperan cukup penting di dalam keluarga atau lingkungan sekitarnya. Mulai berperan sebagai guru bagi anak-anaknya saat sekolah dalam jaringan (daring),  Dan mampu menjadi petugas protokal kesehatan bagi keluarganya. Pandemi ini justru menunjukkan peran sentral perempuan dalam upaya penanganan dan pemulihan dampak pandemi.
            Banyak hal yang menjadi tantangan yang dihadapi oleh kaum perempuan di masa pandemi. Antara lain meningkatnya beban perempuan dalam melaksanakan tugas domestik, naiknya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), meningkatnya angka perceraian dan juga penurunan pendapatan keluarga khususnya bagi perempuan para pelaku usaha.
            Saat ini memang sangat berat. Pandemi covid-19 sudah hampir tiga tahun melanda dunia termasuk Indonesia. Semua itu tentu saja berdampak pada merosotnya pendapatan dalam keluarga. Maka, seorang ibu akan memutar otaknya untuk mendapatkan cara dan solusi guna melanjutkan penghidupan keluarganya. Sehingga penting ditanamkan dalam diri seorang perempuan untuk tetap sabar dan berdoa dalam mendampingi suami dan anak-anaknya.
            Perempuan khususnya seorang ibu rumah tangga akan selamanya menjadi garda terdepan, sekaligus garda di belakang bagi keluarga. Di mana tidak jarang ditemui begitu banyak wanita yang berperan ganda. Selain sebagai ibu rumah tangga, juga banyak sekali dari mereka yang bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga.
Kaum perempuan harus berpikir kreatif dan inofatif untuk memaksimalkan potensi demi meningkatkan keuangan keluarga. Itulah sebabnya, multi peran yang dimiliki perempuan sudah dirasakan sebelum dan sesudah pandemi covid-19. Namun demikian, di masa pandemi ini semua aktifitas yang dilakukan secara digitalisasi membuat kita semua terutama kaum perempuan untuk lebih meningkatkan kemampuan di bidang literasi digital.
Jika sektor usaha tersebut dikelola oleh kaum perempuan yang melek digital, pasti usaha tersebut akan semakin maju dan berkembang dengan pesat. Karena usahanya dikenal banyak orang dari berbagai penjuru. Mereka tidak lagi ketinggalan, banyak usaha UMKM yang dikelola oleh kaum perempuan justru lebih maju karena mereka melek digital.
Peranan perempuan di dalam rumah tangga masa kini tidak hanya sekedar menjadi sosok yang mengasuh, mendidik anak-anak serta mengrus suami dan rumah. Jika pria merupakan kepala keluarga maka, perempuan merupakan leher yang menentukan kemana arah kepala bergerak.
Jaman sekarang perempuan harus cerdas dan mampu dalam menempatkan dirinya apalagi di era digital saat ini. Menjadi perempuan memang seharusnya berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan yang luas sebab pendidikan pertama bagi anak-anaknya adalah ibu.
Sudah tidak jamannya lagi perempuan disebut  “konco wingking” (teman di belakang) yang artinya perempuan sebagai pelengkap yang posisinya di belakang. Ungkapan ini membawa kesan negative pada diri perempuan sebagai bentuk penindasan dan penderitaan. Apalagi bahwa perempuan memang bagiannya masak, manak dan macak.
Perempuan Indonesia harus bangkit. Salah satu bukti bangkitnya perempuan Indonesia adalah ketika Kongres Perempuan pertama kali diadakan pada tanggal 22 Desember 1928. Sebab itulah setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu.
 Apalagi sebelumnya telah lahir pahlawan emansipasi wanita yaitu RA. Kartini pada tanggal 21 April 1879. R.A Kartini tidak hanya memperjuangkan kesetaraan, tetapi juga dalam bidang sosial, hukum dan Pendidikan. Perempuan Indonesia maju dan berkembang luar biasa berkat perjuangan R.A Kartini. Perempuan Indonesia hadir dan eksis di semua aspek kehidupan sejak kemerdekaan juga di era digital ini.
Untuk itu, Selamat hari Kartini untuk semua perempuan Indonesia. Jadilah penerang yang tidak pernah padam, selalu bersinar dengan kecerdasan yang kita miliki.