Iwan Aminto Ardi, Solikhah Rehno Hidayati, Daru Sugati

Tim Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY)

Hargowilis merupakan sebuah Kelurahan di Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelurahan Hargowilis memiliki total luas wilayah keseluruhan sekitar 1453,8384 ha, 99% perbukitan. Berbatasan langsung dengan Kalurahan Jatimulyo di sebelah Utara, Kalurahan Sendangsari di sebelah Timur, Kalurahan Hargorejo di sebelah Selatan, dan Kalurahan Hargotirto di sebelah Barat. Secara administratif, wilayah Kalurahan Hargowilis terdiri dari 77 RT dan 29 RW yang meliputi 13 Padukuhan, yaitu: Sremo Lor, Klepu, Bibis, Sremo Tengah, Clapar I, Clapar II, Clapar III, Kalibiru, Tegiri I, Tegiri II, Soka, Tegalrejo, dan Sidowayah.
Hargowilis memiliki kawasan wisata yang sudah sangat popular di masyarakat, yaitu kawasan wisata waduk Sermo, dengan pemandangan alam dan kekayaan biodiversitas yang luar biasa. Banyak wisatawan yang berkunjung ke waduk Sermo untuk rekreasi dan menikmati keindahan alam sekaligus kuliner khas Kulon Progo. Pengelola Desa Wisata Sermo, Mujari, mengungkapkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Kawasan Sermo dengan penyediaan berbagai fasilitas dan paket wisata yang menarik. Namun demikian, belum semua kawasan di sekitar waduk Sermo tergali potensinya, sehingga belum dapat dimaksimalkan untuk pengembangan kegiatan wisata, agar kedepannya kesejahteraaan masyarakat terus meningkat.
Kalitaji merupakan salah satu kawasan berada dalam sistem pengelolaan Desa Wisata Sermo, yang memiliki berbagai potensi yang bisa dikemas untuk daya tarik wisata, tetapi saat ini belum memiliki masterplan pengembangan kawasan untuk menunjang perwujudan kegiatan pariwisata di lokasi tersebut.  Oleh karena itu Pengelola Desa Wisata sermo merintis kerjasama dengan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), dalam kajian pengembangan Kalitaji sebagai daya tarik wisata, khususnya dalam penyusunan masterplan desa wisata dan upaya pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata setempat. Terkait dengan hal tersebut, ITNY menugaskan dosen, yaitu, Iwan Aminto Ardi, S.T., M.Sc (Program Studi PWK), Solikhah Retno Hidayati, S.T., M.T. (Program Studi PWK), dan Dr. Daru Sugati, S.T., M.T. (Program Studi Teknik Mesin), untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai langkah awal dalam mewujudkan kerjasama.
Kawasan Kalitaji memiliki akses yang mudah dari jalan lingkar Waduk Sermo, kondisi perkerasan jalan bervariasi, dengan tanjakan dan turunan yang menjadi karakteristik kawasan perbukitan, dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak tempuh dari Kota Wates dan Bandara YIA sekitar 15 – 20 menit, tidak terlalu jauh untuk perjalanan wisata, dengan pemandangan alam yang indah sepanjang perjalanan menuju lokasi.
Potensi landscape Kalitaji menjadi daya tarik tersendiri, dengan adanya Taman Wisata dan Camping Ground yang saat ini sudah tersedia. Pengelola Taman Wisata dan Camping Ground, Udin, menyampaikan bahwa taman wisata pernah banyak dikunjungi oleh wisatawan, sekedar untuk rekreasi atau camping di tempat tersebut sebelum pandemi. Kondisi 2 tahun terakhir berubah, tidak ada lagi kunjungan ke taman wisata Lembah Kalitaji karena pandemi, sehingga tidak ada pemasukan untuk perawatan fasilitas. Atraksi rumah pohon yang tersedia dan diminati masyarakat memerlukan pembenahan dan perawatan agar dapat berfungsi Kembali. Keunikan landscape Lembah Kalitaji sangat potensial untuk pengembangan experiential tourism yang memberikan pengalaman bagi wisatawan mengenai keunikan alam dan pengetahuan sebagai salah satu wujud dari penggalian ekosistem budaya (cultural ecosystem) berupa ecotourism.
Pengelola Desa Wisata Sermo, Mujari, dan Kepala Padukuhan Soka, Danang, menyampaikan bahwa untuk memaksimalkan kegiatan wisata di Kalitaji diperlukan tempat parkir yang cukup, karena jalan akses menuju Kalitaji meskipun dapat dijangkau kendaraan tetapi cukup sempit, sehingga diperlukan lahan parkir untuk menampung kendaraan yang masuk, agar tidak parkir di pekarangan warga. Ketersediaan tanah kas desa di Padukuhan Soka menjadi alternatif untuk pengembangan fasilitas umum sekaligus sebagai pusat kegiatan di destinasi wisata Kalitaji. Sementara Rodliyanto, sebagai pamong desa sekaligus pelaku pariwisata menyatakan bahwa peningkatan kompetensi SDM sebagai pendukung pengembangan pariwisata sangat diperlukan, mengingat mereka yang akan mengawal keberlanjutan kegiatan wisata dalam jangka panjang.
Berdsasarkan hasil FGD dan Observasi lapangan, dirumuskan beberapa rencana kegiatan. Rencana kegiatan pengembangan kawasan wisata dan pengembangan kapasitas masyarakat akan dibagi menjadi tiga tahapan, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka Panjang. Selanjutnya target pencapaian dari setiap tahapan akan disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia, internal maupun dukungan dari pihak eksternal. Pengelola Desa Wisata Sermo berharap, kerjasama pengembangan potensi di Kalitaji dengan ITNY dapat berkelanjutan, multidisiplin, dan multisektor, karena kedepannya masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menjaga keberlanjutan program. Oleh karena itu, fokus penyusunan masterplan saat ini adalah pemetaan potensi dan permasalahan, serta perwujudan rencana jangka pendek dalam bentuk rancangan pada beberapa titik prioritas. Warga masyarakat juga berharap peran mahasiswa kedepannya dengan kegiatan KKN atau bentuk pengabdian lainnya untuk membantu masyarakat dalam membangun kapasitas di desa.